Viral Donasi Rp 2 T Akidi Tio Berbalik Jadi Dugaan Prank, Begini kata Psikolog

Donasi Rp 2 T Akidi Tio – Publik kini dihebohkan dengan kabar adanya donasi sebesar Rp. 2 triliun untuk penindakan COVID-19 dari keluarga Akidi Tio. Isu yang awalnya ditanggapi dengan banyak tanggapan positif itu kemudian berubah menjadi ungkapan kekesalan netizen karena ditengarai hanya prank alias palsu.

Belum jelas apa masalahnya, polisi sedang menyelidiki. Namun, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, pendiri pusat konsultasi Anastasia and Associate, mengingatkan bahwa emosi dan sikap terhadap isu seperti ini sangat penting untuk dicermati sebelum diekspresikan di media sosial.

JUDI SLOT ONLINE TERPERCAYA

Apalagi mengingat kasus ini belum ada kejelasan dan dengan informasi yang terbatas, ekspresi emosi yang tidak berdasarkan fakta ilmiah justru dapat memicu kemarahan yang salah arah. Ia menyarankan, sebelum membahas masalah ini, lebih baik memahami sebab akibat secara logis dan melihat dari perspektif.

“Kita lihat dari perspektif apa? Pengusaha? Masyarakat? Siapa yang dibantu? Siapa yang membantu? Perilaku setiap orang, mereka punya dasar atau alasan tertentu yang membuat orang melakukan itu,” ujarnya kepada SangatViral.com, Selasa (3/8/2021).

“Agar tidak terlalu generalisasi, tidak tergesah menarik kesimpulan, jangan hanya menggunakan pendapat atau opini pribadi. Lebih selektif dalam menaksir informasi, dan berhati-hati dalam mengambil kesimpulan. sesuai, respon mana yang sesuai. kan,” sambungnya.

Berita simpang siur ditelan bulat-bulat, apa risikonya?

Di awal kemunculan ‘kabar gembira’ Donasi Rp 2 T Akidi Tio tersebut, netizen berbondong-bondong menyampaikan kata-kata bangganya. Tapi sekarang, ketika berita tentang dugaan penipuan itu muncul, netizen beralih untuk mengungkapkan kekesalan. Tak hanya soal dugaan prank, ada juga yang menyebut latar belakang bisnis dan etnis tersangka.

Sari mengingatkan bahwa kondisi ini sangat penting untuk menghindari generalisasi yang berlebihan. Karena jika kemarahan salah arah, ekspresi orang di media sosial bisa merembet ke aspek lain yang sebenarnya tidak terkait dengan kejadian tersebut.

“Jika bicara tentang donasi, mungkin secuil orang juga suka melakukan kotroversi dan pembodohan agar muncul di media sosial. Ini berbahaya jika ada yang menganggap terlalu menggeneralisasi terhadap kelompok tertentu. Itu digeneralisir padahal itu individu. Baik itu kepada pengusaha, atau mungkin suku yang terkait dengan SARA. , ini berbahaya. Apa yang akan terjadi akan menimbulkan ketidaksenangan pada kelompok atau masyarakat tersebut,” kata Sari.

Mungkin Anda juga menyukai